SEGMENTASI
PASAR DAN MARKETING MIX
1. Segmentasi
Pasar
1.1. Definisi
Segmentasi Pasar
Swastha
& Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar sebagai kegiatan membagi–bagi
market yang bersifat heterogen kedalam satuan–satuan pasar yang bersifat
homogen. Sedangkan definisi yang diberikan oleh Pride & Ferrel (1995)
mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar ke dalam
segmen-segmen pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang
menunjukkan adanya kesamaan perilaku pembeli. Di lain pihak Pride & Ferrel
(1995) mendefinisikan segmentasi pasar sebagai suatu proses pembagian pasar
keseluruhan menjadi kelompok–kelompok pasar yang terdiri dari orang–orang yang
secara relatif memiliki kebutuhan produk yang serupa.
Ada
lagi pendapat Swastha & Handoko (1987) yang merumuskan segmentasi pasar
adalah suatu tindakan membagi pasar menjadi segmen–segmen pasar tertentu yang
dijadikan sasaran penjualan yang akan dicapai dengan marketing mix. Menurut
Kotler, Bowen dan Makens (2002, p.254) pasar terdiri dari pembeli dan pembeli
berbeda-beda dalam berbagai hal yang bisa membeli dalam keinginan, sumber daya,
lokasi, sikap membeli, dan kebiasaan membeli. Karena masing-masing memiliki
kebutuhan dan keinginan yang unik, masing-masing pembeli merupakan pasar
potensial tersendiri. Oleh sebab itu penjual idealnya mendisain program
pemasarannya tersendiri bagi masing-masing pembeli. Segmentasi yang lengkap
membutuhkan biaya yang tinggi, dan kebanyakan pelanggan tidak dapat membeli
produk yang benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk itu, perusahaan
mencari kelas-kelas pembeli yang lebih besar dengan kebutuhan produk atau
tanggapan membeli yang berbeda-beda. Segmen pasar terdiri dari kelompok
pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama.
1.2. Syarat
- Syarat Pengelompokan Segmentasi Pasar
1. Dapat Terukur (Measurability)
yaitu
ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu pembeli harus dapat diukur atau dapat
didekati.
2. Dapat Terjangkau (Accessibility)
yaitu
suatu keadaan dimana perusahaan dapat secara efektif memusatkan (mengarahkan)
usaha pemasarannya pada segmen yang telah dipilih.
3. Besarnya (Substantiability)
yaitu
segmen pasar harus cukup besar atau cukup menguntungkan untuk dapat
dipertimbangkan program-program pemasarannya.
4. Dapat dilaksanakan
(Actionalbility)
Yaitu seberapa jauh program – program
pemasaran dapat dirancang untuk menarik segmen pasar.
1.3. Tujuan Segmentasi
Pasar
1. Untuk membedakan
produk (Product Deffertiation).
2. Untuk memilih dan
menetapkan pasar sasaran/target pasar yang dipiih sehingga kegiatan program
pemasukan akan lebih efektif.
1.4. Basis Segmentasi Pasar
A. Pasar Konsumen
1.
Geografis, yaitu membagi pasar menjadi
unit-unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, wilayah negara bagian,
kabupaten, kota atau pemukiman.
2.
Demografis, yaitu upaya membagi pasar menjadi
sejumlah kelompok berdasarkan variable-variabel seperti usia, gender, ukuran
keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaann, pendidikan, agama, ras
dan kebangsaan.
3.
Psikografis, yaitu upaya membagi pembeli
menjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas social, gaya hidup
atau karakteristik kepribadian.
4.
Perilaku, yaitu upaya membagi suatu pasar
kesejumlah kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, pengunaan atau tanggapan konsumen
terhadap suatu produk.
B. Pasar Industri
1. Geografi (wilayah,
sentra industri dan pelanggan).
2. Demografi (Jenis
Industri, Kapasitas atau luas Produksi).
3. Variabel Operasional
(tingkat teknologi, pola konsumsi, kapabilitas, dan kebutuhan pelanggan).
4. Pendekatan pembeli
(tingkat wewenang bagian pembeli, struktur wewenang, kebijakan pembelian,
kriteria pembelian).
5. Faktor situasional
(tingkat kepentingan, penggunaan, tingkat pemesanan).
6. Karakteristik personal
(kesamaan pembeli – penjual, sikap terhadap resiko, tingkat loyalitas terhadap
pemasok).
1.5. Prosedur dan Proses
Segmentasi Pasar
A. Ada
tiga tahap yang harus dilakukan dalam segmentasi pasar
1. Survey
Stage
Merupakan
tahap melakukan eksplorasi baik melalui focus group discussion atau dengan
wawancara terhadap beberapa kelompok konsumen untuk memperoleh keterangan
mengenai motivasi, sikap dan perilaku mahasiswa Program Magister Manajemen (MM)
. Dengan adanya gambaran awal tentang preferensi konsumen peneliti dapat
menggali lebih lanjut dengan menggunakan kuesioner.
2. Analysis
Stage
Analysis
Stage merupakan tahap analisis terhadap informasi yang telah diperoleh melalui
survey. Analisis dapat dilakukan dengan menerapkan analisis faktor untuk
menelaah variabel-variabel mana yang berkolerasi tinggi kemudian menerapkan
analisis cluster untuk menciptakan atau mengetahui kelompok-kelompok pasar yang
secara signifikan memiliki perbedaan karakteristik.
3. Profiling
Stage
Merupakan
tahap untuk mengidentifikasi profil masing-masing cluster yang terbentuk.
Dengan ini akan teridentifikasi perbedaan masing-masing cluster berdasarkan
sikap dan perilaku, demografi, psikografi, manfaat atau value yang diharapkan
dari sebuah program MM, kemudian masing-masing cluster diberi nama berdasarkan
karakteristik yang menonjol.
B. Proses
Segmentasi Pasar
1.
Menentukan batas pasar
Menetapkan
batas pasar yang akan dilayani dengan mempertimbangkan jenis persaingan
(persaingan generic, bentuk produk dan merek).
2.
Memutuskan variabel segmentasi yang akan digunakan
Langkah-langkah
penting dalam proses segmentasi adalah menyeleksi variabel-variabel dan
memutuskan mana variabel yang paling sesuai. Adakalanya pemasar cukup
mengumpulkan sebanyak mungkin variabel yang mungkin berguna dan kemudian
menggunakan analisis data untuk mengelompokkan orang kedalam segmen. Untuk
memilih landasan segmentasi yang cocok terlebih dahulu. Spesifikasi produk
lebih erat terkait dengan pengambilan keputusan pemasaran.
3. Mengumpulkan
dan menganalisis data segmentasi
Hasil dari pengumpulan data dan analisis
keseluruhan proses segmentasi pasar difokuskan pada pengidentifikasian
kelompok-kelompok yang anggota-anggotanya mempunyai keinginan dan kebutuhan
yang sama.
4. Mengembangkan
profil tiap-tiap segmen
Memilih dari serangkaian variabel deskriptif
yang mungkin seperangkat variabel yang sesuai untuk setiap segmen. Variabel
demografi dan geografi menghasilkan gambaran yang lebih lengkap mengenai setiap
segmen di pasar.
5. Mendidik
segmen-segmen yang dilayani
Dengan melihat segmen-segmen yang menawarkan
peluang yang memberikan kesesuaian terbaik antara sumber daya organisasi dan
segmen yang digarap.
6. Merancang
rencana pemasaran
Segmen yang dilayani pesaing juga harus
diidentifikasi, strategi untuk menarik perhatian konsumen di setiap segmen
harus dikembangkan. Atribut-atribut produk harus dirancang atau dirancang ulang
dan kampanye promosi harus disusun untuk menciptakan citra yang dikehendaki
pasar.
1.6. Manfaat
dan Kelemahan Segmentasi Pasar
A. Manfaat
Segmentasi Pasar
1. Perusahaan akan dapat mendeteksi
secara dini dan tepat mengenai kecenderungan-kecenderungan dalam pasar yang
senantiasa berubah.
2. Dapat mendesign produk yang
benar-benar sesuai dengan permintaan pasar.
3. Dapat menentukan kampanye dan
periklanan yang paling efektif.
4. Dapat mengarahkan dana promosi yang
tersedia melalui media yang tepat bagi segmen yang diperkirakan akan
menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
5. Dapat digunakan untuk mengukur usaha
promosi sesuai dengan masa atau periode-periode dimana reaksi pasar cukup
besar.
B. Kelemahan
Segmentasi Pasar
1. Biaya produksi akan lebih tinggi,
karena jangka waktu proses produksi lebih pendek.
2. Biaya penelitian/ riset pasar akan
bertambah searah dengan banyaknya ragam dan macam segmen pasar yang ditetapkan.
3. Biaya promosi akan menjadi lebih
tinggi, ketika sejumlah media tidak menyediakan diskon.
4. Kemungkinan akan menghadapi pesaing
yang membidik segmen serupa.
5. Bahkan mungkin akan terjadi
persaingan yang tidak sehat, misalnya kanibalisme sesama produsen untuk produk
dan segmen yang sama.
2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Philip Kotler dan Geri Amstrong (2001 :
23) tentang bauran pemasaran adalah saluran pemasaran dapat dipandangan sebagai
sistem penyerahan nilai pelanggan dimana masing-masing anggota saluran menambah
nilai bagi pelanggan. Oleh karena itu mendesain saluran distribusi dengan
menemukan nilai apa yang diinginkan oleh berbagai segmen sasaran dari saluran
distribusi.
Secara sederhana marketing
mix adalah alat yang digunakan para marketer untuk membantu mereka menentukan
cara yang tepat untuk menawarkan produk atau brand. Sedangkan dalam definisi
yang dikutip dari businessdictionary.com marketing mix adalah sebuah
kombinasi yang direncanakan dari unsure - unsur dikendalikan dalam rencana pemasaran suatu produk yang biasa disebut sebagai
4P: produk, price, place, dan promosi. Keempat elemen disesuaikan sampai
kombinasi yang tepat ditemukan yang melayani kebutuhan pelanggan produk,
sementara menghasilkan pendapatan yang optimal.
Marketing mix dan
marketing 4P sering disebut sama. Pada kenyataannya hal tersebut tidak
sepenuhnya benar. “Marketing Mix” adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan berbagai jenis pilihan kombinasi yang harus diambil dalam
keselururhan proses memenuhi kebutuhan pelanggan dan Marketing 4P adalah salah
satu cara yang paling umum diketahui untuk mendeskripsikan marketing mix
tersebut
Salah
satu strategi utama dalam menentukan keberhasilan mencapai tujuan kegiatan
pemasaran perusahaan adalah penentuan marketing mixnya. Penentuan ini secara
langsung berhubungan dengan langkah operasi perusahaan didalam pelaksanaan
kegiatan berhubungan dengan langkah operasi. Sehingga apabila marketing mix
yang ditetapkan perusahaan tersebut akan mengalami kegagalan dalam nencapai
tujuan operasinya.
Untuk
lebih jelasnya, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian marketing
mix. Dalam Marketing Mix, ada unsur-unsur atau elemen yang menjadi dasar
pertimbangan pengambilan keputusan dalam pembuatan strategi komunikasi
pemasaran, yaitu
4P
ditambah 3P:
1) Product (Produk)
2) Price (Harga)
3) Place (Tempat)
4) Promotion (Promosi)
5) People
6) Process
7) Physical evidence
2.1. Komponen Bauran Pemasaran
Kotler
(2000) mendefinisikan bahwa “bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar
sasaran”. Sedangkan Jerome Mc Carthy dalam Fandy Tjipto (2004) mermuskan bauran
pemasaran menjadi 4P (Product, Price, Place dan Promotion).
1.
Produk
( Product )
Produk secara singkat menurut Philip
Kotler “Dasar-dasar Pemasaran” (1989:89) dapat didefinisikan sebagai
berikut:
“Produk adalah apa yang dapat ditawarkan
didalam pasar untuk dipertahankan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan termasuk didalamnya adalah objek
fisik, jasa, orang, tempat organisasi dan gagasan.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud produk adalah suatu yang berwujud maupun sesuatu yang tidak berwujud
yang lazim disebut jasa. Dari definisi diatas terkandung tiga makna yang perlu
dibedakan:
1. Produk ini yang merupakan manfaat
yang dicari oleh pembeli.
2. Produk formal yaitu obyek fisik yang
ditawarkan seperti : kemasan, merek, mutu
3. Produk yang disempurnakan yaitu mencakup
keseluruhan manfaat yang diberikan oleh produk formal.
Dari ketiga makna produk, menumbulkan
gagasan bagi pemasar selalu mempertimbangkan konsumsi konsumen yaitu bagaimana
cara seseorang membeli, bukan semata-mata dipengaruhi oleh manfaat yang dicari,
melainkan dipengaruhi oleh faktor –faktor lain yang menyertai barang yang
bersangkutan.
Maka dari itu produk digolongkan
menjadi:
1.
Penggolongan menurut tujuan
pemakainya
a.
Barang konsumsi
a)
Barang konsumsi yaitu barang - barang yang dibeli
untuk dikonsumsikan, jadi barang ini untuk dikonsumsikan sendiri dan tidak
digunakan untuk proses produksi. Barang konsumsi dapat dibedakan menjadi:
·
Barang konvenien yaitu barang yang mudah dipakai
pembeliannya dapat disembarang tempat dan pada setiap waktu.
·
Barang shopping adalah barang yang harus dibeli
dengan mencari terlebih dahulu dan didalam pembeliannya harus dipertimbangkan
secara matang.
·
Barang special adalah barang yang mempunyai ciri
khas dan hanya dapat dibeli ditempat tertentu saja, untuk memperolehnya
konsumen harus mengeluarkan pengorbanan yang sangat besar.
b.
Barang industri
Adalah
yang dibeli untuk menghasilkan barang lain atau untuk menyelenggarakan suatu
usaha.
2.
Penggolongan menurut tingkat
konsumsi dan konkret tidaknya suatu barang.
a.
Barang tahan lama
Adalah
barang konkret yang dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu.
b.
Barang tidak tahan lama
Adalah
barang konkret yang habis dikonsumsikan setelah digunakan sekali atau beberapa
kali.
c.
Jasa
Adalah
kegiatan, kegunaan atau kepuasan yang dijual.
2.
Harga
( Price )
Dalam penetapan harga jual, perusahaan
harus memperhatikan berbagai pihak antara lain para konsumen akhir, para
penyalur, saingan, para suplier, bahan, dana, tenaga kerja dan para manager
perusahaan yang bersangkutan. Segala keputusan yang berhubungan dengan harga
akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan perusahaan, baik menyangkut
kegiatan penjualan maupun aspek keuntungan yang mau dicapai oleh perusahaan.
Dengan demikian semua keputusan yang berkaitan dengan harga hendaknya harus
dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dan mendalam serta memperhatikan aspek
intern dan ekstern perusahaan.
Marius P Angipora (1998 : 186)
mendefinisikan kebijakan harga sebagai berikut:
“Tuntutan atau pedoman managerial yang
akan diperlukan untuk membuat keputusan-keputusan dimasa yang akan datang bila
mana situasi menuntutnya.”
Dengan deikian sebuah kebijakan dapat
menjadi suatu tindakan konkrit yang secara rutin diikuti bila mana sebuah
situasi taktis atau strategis tertentu menuntutnya. Apabila produk
dipresepsikan berkualitas tinggi dan manfaatnya dianggap banyak, maka harga
akan dinilai murah. Tetapi apabila presepsi konsumen terhadap kualitas rendah
dan manfaatnya dianggap kurang, maka harga umumnya dianggap mahal, dengan dasar
pemikiran yang demikian.
Harga bisa juga didefinisikan suatu
takaran perbandingan antara pengorbanan dan manfaat dalam pikiran (asumsi
konsumen). Untuk mencapai keunggulan dalam harga, menurut Michael Treacy,
diperlukan keunggulan operasional (operational exelence) dengan keunggulan operasional
akan memberikan perpaduan kualitas, harga dan kemudahan dalam membeli (Michael
Treacy & Fred Wiessema, Op Cit 22)
Dengan keunggulan dalam pelaksanaan
operasi perusahaan, maka perushaan akan dapat menekan biaya produksi. Dengan
demikian harga jual dapat ditekan lebih rendah lagi. Namun presepsi konsumen
tidak secara mutlak mampu membuat konsumen mengabaikan harga. Sebab konsumen
pada umumnya memiliki suatu acuan dalam menilai harga.
Acuan atau dasar yang sering dijadikan
konsumen dalam menilai harga adalah:
a. Harga produk lain.
b. Perubahan waktu pembelian
c. Lingkungan pembelian
Selain
hal penetapkan harga diatas, Perusahaan juga dapat menggunakan cara
dengan melakukan pendekatan penetapan harga secara umum yang meliputi satu atau
lebih diantara tiga perangkat perimbangan berikut ini yakni:
1.
Cost-Based Pricing (Penetapan harga
berdasarkan biaya)
·
Cost-Plus-Pricing (Penetapan harga
biaya plus). Metode
ini merupakan metode penelitian harga yang paling sederhana, dimana metode ini
menambah standar mark-up terhadap biaya produk.
·
Break Even Analysis and Target
Profit Pricing (Analisis peluang pokok dan penetapan harga laba sasaran). Suatu metode yang digunakan
perusahaan untuk menetapkan harga apakah akan break even atau membuat target
laba yang akan dicari.
·
Value-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan nilai) Metode ini menggunakan satu
persepsi nilai dari pembeli (bukan dari biaya penjualan) untuk menetapkan suatu
harga.
2.
Competition-Based Pricing (Penetapan
harga berdasarkan persaingan)
·
Going-rate Pricing (Penetapan harga
berdasarkan harga yang berlaku). Perusahaan mendasarkan harganya pada harga pesaing dan
kurang memperhatikan biaya dan permintaannya. Perusahaan dapat mengenakan harga
yang sama, lebih tinggi atau lebih rendah dan pesaing utamanya.
·
Scaled-Bid Pricing (Penetapan harga
penawaran tertutup). Perusahaan menetapkan pesaing dan bukan berdasarkan
hubungan yang kaku atas biaya atau permintaan perusahaan.
3.
Distribusi
( Place )
Setelah barang selesai dibuat dan siap
untuk dipasarkan, tahap berikutnya dalam proses pemasaran adalah menentukan
metode dan rute yang akan dipakai untuk menyalurkan barang tersebut kepasar.
Hal ini menyangkut strategi penyaluran dan termasuk didalam pemiilihan
penyaluran distribusi.
Secara singkat saluran distribusi menurut
Drs. Basu Swasta (1990) tersebut dapat didefinisikan sebagai saluran distribusi
untuk suatu barang adalah:
“Saluran yang digunakan oleh produsen untuk
menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai
industri”
Willian J. Stanto (1986 : 81) membagi
gambaran umum mengenai saluran distribusi yang paling banyak digunakan untuk
barang hasil produksi buat konsumen atau pemakai industri antara lain:
1.
Distribusi barang-barang konsumen
·
Produsen => Konsumen
Merupakan
saluran distribusi paling pendek dan sederhana untuk arang konsumen tanpa
campur tangan perantara
·
Produsen => Pengecer =>
Konsumen
Dalam
saluran distribusi ini, perusahaan pengecer besar membeli lansung dari produsen
industry
·
Produsen => Pedagang besar
=> Pengecer => Konsumen
Disebut
juga saluran tradisional karna beribu-ribu pengecer kecil dan produsen industri
kecil menganggap saluran ini sebagai saluran paling ekonomis.
·
Produsen => Agen => Pengecer
=> Konsumen
Dari
pada menggunakan pedagang pasar, produsen banyak menggunakan agen, makelar atau
agen perantara lain untuk mencapai pasar eceran, khususnya perusahaan besar
pengecer
·
Produsen => Agen => Pedagang
besar => Pengecer => Konsumen
Untuk
dapat mencapai pengeceran kecil, produsen juga menggunakan perantara yang
menghubungi pasar besar yang menjual kepada pengecer kecil.
2.
Distribusi barang industry
·
Produsen => Pemakai Industri
Hubungan
lansung ini menyalurkan produksi industri dengan nilai dolar lebih besar
dibandingkan dengan saluran distribusi lain
·
Produsen => Distributor Industri
=> Pemakai
Produsen
peralatan assesoris kecil kerap kali memasuki pasaran mereka
·
Produsen => Agen => Pemakai
Perusahaan
yang hendak memasarkan produk baru atau hendak memasuki pasaran baru lebih suka
menggunakan agen dari pada tenaga penjual
·
Produsen => Agen =>
Distributor Industri => Pemakai
Cara
ini dipakai dalam keadan produsen tidak menjual maupun menjual lewat agen
lansung kepada pemakai industri.
4.
Promosi
( Promotion )
Luas ruang lingkup kegiatan promosi
dipengaruhi oleh macam-macam kegiatan yang dipergunakan. Dan kegiatan promosi
dari perusahaan saingan merupakan faktor lain yang perlu dipertimbangkan oleh
perusahaan dalam memasarkan produknya.
Promosi menurut Basu Swaswa Dh Op. Cit
(273) adalah “Arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisai kepada tindakan untuk menciptakan
pertukaran dalam pemasaran.”
Philip Kotler “Manajemen Pemasaran
Analisis” (1983 : 177) membagi kegiatan promosi kedalam beberapa element,
antara lain:
a.
Periklanan
Yaitu setiap penyajian yang bukan
dengan orang pribadi dan promosi, ide-ide, barang atau jasa dengan pembayaran
oleh suatu sponsor tertentu. Adapun fungsi-fungsi periklanan adalah sebagai
berikut:
·
Memberikan
informasi.
·
Membujuk
atau mempengaruhi
·
Menciptakan
kesan (image)
·
Memuaskan
keinginan
b.
Penjualan pribadi (personal selling)
Yaitu penyajian yang secara lisan
dalam percakapan bersama calon pembeli dengan tujuan melaksanakan jual beli.
Fungsi
dari tenaga penjualan adalah:
·
Mengadakan
analisa pasar
·
Menentukan
komunikasi
·
Memajukan
langganan
·
Memperhatikan
langganan
·
Mengatasi
masalah
·
Mengatur
waktu
·
Mengalokasi
sumber – sumber
·
Meningkatkan
kemampuan diri
c.
Promosi dagang
Yaitu ransangan (stimulation) jangka
pendek untuk mendorong jual beli suatu barang atau jasa.
·
Pembelian
contoh (product sampling)
·
Kupon
atau nota
·
Hadiah
·
Kupon
berhadiah
·
Undian
d.
Publisitas
Yaitu penggairahan bukan bribadi
untuk meransang permintaan terhadap suatu barang atau jasa, atau suatu unit
niaga dengan menanam berita dengan sifat komersil dalam suatu media penerbitan
atau untuk memperoleh penyajian baik dalam siaran radio, TV, atau dipentas
tanpa lansung dibayar oleh seorang sponsor.
Sofyan Assauri memandang tentang
sifat - sifat yang terdapat pada publisitas dalam buku “Manajemen Pemasaran Dasar,
Konsep dan Strategi (260) adalah:
1.
Tingkat kebenaran atau
kepercayaan yang tinggi
Pemberian
publisitasyang diberikan pada masyarakat dianggap sebagai suatu yang benar atau
lebih dipercaya daripada bila berita tersebut dikeluarkan dengan sponsor daripenjualan
sebagai bertanya tidak memihak.
2.
Mendramatisir
Seperti
advantasi, publisitas juga mempunyai kemampuan untuk menggambar produk atau
jasa perusahaan dalam bentuk cerita yang jelas. Oleh karena itu perusahaan
harus dapat berusaha mempengaruhi para konsumen untuk dapat menciptakan
permintaan atau produknya, yang merupakan salah satu bauran pemasaran secara
keseluruhan dan dikendalikan dengan baik akan dapat meningkatkan penjualan dan
market share.
Tambahan
elemen pada bauran pemasaran menurut Zeithaml and Bitner yang di kutip
oleh Ratih Hurriyati (
2008:62 ).
1. Orang
( People )
Menurut
Boom dan Bitner dalam Effendi ( 2010:349 ), menerangkan bahwa people berarti
“orang yang melayani ataupun yang merencanakan pelayanan terhadap para
konsumen”. Karena sebagian besar jasa dilayani oleh orang, maka orang tersebut
perlu diseleksi, dilatih, dimotivasi, sehingga memberikan kepuasan terhadap
konsumen dengan sikap perhatian, responsif, inisiatif, kreatif, pandai
memecahkan masalah, sabar dan ikhlas.
Dengan
pelayanan yang baik, maka konsumen akan merasa terlayani dengan baik dan besar
kemungkinan konsumen tersebut akan kembali lagi membeli produk kita. Orang
adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat
mempengaruhi persepsi pembeli.
2. Sarana
Fisik ( Physical Evidence )
Menurut
Boom dan Bitner Dalam Effendi ( 2010:349 ), menjelaskan bahwa physical
evidence “merupakan bentuk fisik, berarti konsumen akan melihat
keadaan nyata dan benda-benda yang menghasilkan jasa tersebut”.
Sarana
fisik ini merupakan satu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli dan menggunakan produk yang ditawarkan, unsur-unsur yang
termasuk dalam sarana fisik antara lain : lingkungan fisik, dalam hal ini
bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya,
yang disatukan dengan servis yang diberikan.
Dengan
kata lain, sarana fisik ( Physical Evidence ) yang menarik
atau unik menjadi daya tarik konsumen dalam membeli suatu produk. Misalnya
ketupat dipakai untuk dekorasi saat menyambut bulan Ramadhan atau pohon cemara
dipakai untuk dekorasi saat menyambut Natal.
3. Proses
( Process )
Menurut
Boom dan Bitner dalam Effendi (2010:349), menjelaskan bahwa “proses ini terjadi
diluar pandangan konsumen, konsumen tidak mengetahui bagaimana proses yang
terjadi, yang penting jasa yang dia terima harus memuaskan”. Proses ini terjadi
berkat dukungan karyawan dan tim manajemen yang mengatur semua proses agar
berjalan dengan lancar. Misalnya proses pemberian jasa yang dilakukan oleh bank
berupa jasa transfer, administrasi dan lain-lain.
Referensi :
Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia Group.
Kotler, Philip. 1990. Marketing Management, Analyses, Planning, Implementation, and Control.
Seven Edition.
Sengupta, Subroto, Brand Positioning, Strategies for Competitive Advantage, Tata
McGraw Hill Co., 1990.
Budiarto, Teguh. 1993. Dasar – Dasar Pemasaran. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar