Sering sekali kita mendengar kata
inflasi, namun apakah kita sudah memahami dan mengerti apa itu inflasi, jenis –
jenis inflasi, dampak positif atau negatifnya dari inflasi, cara mengatasi inflasi, tingkat keparah
inflasi, dan teori – teori tentang inflasi. Nah berdasarkan hal – hal tersebut
nih Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas tentang inflasi.
A. Defenisi INFLASI
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran
distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa,
bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya
harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering
digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi
dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat,
dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah
angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100%
setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun.
Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya
produksi.
1. Inflasi
tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga.
Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya
permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.
2. Inflasi
desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya
produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang
dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
a. kenaikan
harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS
akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang
b. Factor-faktor
yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:
i. Tingkat pengeluaran agregat yang
melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa
ii.
Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
iii.
Kenaikan harga barang impor
iv.
Penambahan penawaran uang dengan cara
mencetak uang baru
v. Kekacauan politik dan ekonomi seperti
yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya angka inflasi mencapai
70%.
B. Teori Inflasi
1. Teori
Kuantitas
Teori ini menyoroti hal-hal yang berperan
dalam proses inflasi, yaitu jumlah uang yang beredar dan anggapan masyarakat
mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori kuantitas adalah sebagai
berikut. Inflasi yang bisa terjadi apabila ada penambahan volume uang yang
beredar. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, gagal panen misalnya
hanya akan menaikan harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan jumlah
uang ibarat” bahan bakar” bagi api inflasi. Apabila jumlah uang bertambah,
inflasi akan berhenti dengan sendirinnya.
Laju inflasi disebabkan oleh laju
pertambahan jumlah uang beredar dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga.
Teori kuantitas ini di kemukankan oleh Irving Fisher. Adapun rumusnya sebagai
berikut :
Keterangan
:
M
= Jumlah uang yang beredar
V
= Kecepatan perputaran uang
P
= Tingkat harga
T
= Banyaknya transaksi
Di setiap transaksi, jumlah yang
dibayarkan oleh pembeli sama dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini
berlaku untuk seluruh perekonomian.
Dalam
periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai
barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama dengan volume
transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang tersebut (P).
2. Teori
Keynes
Menurut John Maynard Keynes,. Inflasi
terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya.
Keynes berpendapat, proses inflasi adalah proses perebutan bagian rezeki
diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar
dari yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Oleh keynes proses
perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat
terhadap barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Peristiwa
tersebut menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau inflationary gap.
Celah
inflasi ini timbul karena golongan-golongan masyarakat berhasil menerjemahkan
aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif terhadap barang.
Golongan-golongan masyarakat yang dimaksud yaitu pemerintah, pengusaha, dan
serikat buruh. Pemerintah berusaha memperoleh bagian lebih besar dari output
masyarakat dengan cara mencetak uang baru. Pengusaha melakukan investasi dengan
modal yang diperoleh dari kredit bank, serikat buruh atau pekerja memperoleh
kenaikan harga. Hal ini terjadi karena permintaan total melebihi jumlah barang
yang tersedia, maka harga-harga akan naik. Adanya kenaikan harga-harga ini
menunjukan sebagian dari rencana-rencana pembelian barang dari
golongan-golongan tersebut bisa dipenuhi.
Proses
inflasi akan terus berlangsung selama jumlah pemintaan efektif dari semua
golongan masyarakat melebihi jumlah output yang dihasilkan. Namun apabila
permintaan efektif total tidak melebihi harg-harga yang berlaku dari jumlah
output yang tersedia, maka inflasi akan berhenti.
3. Teori
Strukturalis
Teori ini didasarkan atas pengalaman di
Negara-negara amerika latin. Teori ini memberikan perhatian yang besar terhadap
struktur perekonomian Negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan
inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian. Menurut
teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-negara sedang
berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai berikut:
a) Ketidakjelasan
penerimaan ekspor
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di
bandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Adapun penyebab kelambanan
tersebut adalah :
·
Di pasar dunia harga barang-barang
ekspor tersebut semakin memburuk.
·
Produksi barang-barang ekspor tidak
responsive terhadap kenaikan harga.
b) Ketidakelastisan
penawaran atau produksi bahan makanan di dalam negeri.
Produksi bahan makanan di dalam
negeri tidak tumbuh secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal
ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk naik,
sehingga melebihi tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan harga
barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya tuntutan karyawan
untuk mendapatkan kenaikan upah atau gaji. Naiknya upah karyawan menyebabkan
kenaikan ongkos produksi. Hal ini berarti akan menaikan harga barang-barang.
Kenaikan harga barang-barang tersebut mengakibatkan munculnya kenaikan upah
lagi. Adanya kenaikan upah akan diikuti oleh kenaikan harga barang-barang
begitu seterusnya. Proses ini akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak
terus naik. Namun karena faktor strukturalis harga bahan makanan akan terus
naik sehingga proses saling dorong mendorong antara upah dan harga tersebut
selalu mendapat “umpan” baru dan tidak akan berhenti.
C. Efek Inflasi
1. Efek
terhadap pendapatan (equity effect)
Efek tehadap pendapatan sifatnya tidak
merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi.
Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
Misalnya seorang memperoleh pendapatan tetap Rp 500.000,00 per tahun sedang
laju inflasi sebesar 10 persen akan menderita kerugian penurunan pendapatan
riil sebesar laju inflasi tersebut yaitu Rp 50.000,00.
2. Efek
terhadap efisiensi (efficiency effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi
faktor-faktor produksi perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan
akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan
dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga dapat mengakibatkan alokasi
faktor produksi menjadi tidak efesien.
3. Efek
terhadap output (output effect)
Dalam menganalisa kedua efek di atas
(equity dan efficiency effect) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal
ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi
pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
4. Inflasi
dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan
mengalakkan perkembangan ekonomi biaya yang terus menerus naik menyebabkan
kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya
lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Aturan lain tujuan ini
dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah rumah dan bangunan. Oleh
karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan infestasi yang bersifat
seperti ini, infestasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi
menurun. Sebagai akibatnya akan lebih banyak penganguran.
D. Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan
dampak negatif tergantung pada parah atau tidaknya tingkat inflasi. Apabila
inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiper inflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, investasi dan
produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap
seperti karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga sehingga hidup mereka semakin merosot dan terpuruk dari waktu
kewaktu.
Bagi orang meminjam uang kepada bank
(debitur), inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya
kreditur atau pihak yang meminjamkan akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah dibanding pada saat peminjaman.
Bagi produsen inflasi dapat
menguntungkaan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dari kenaikan biaya
produksi. Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi dapat
merugikan produsen. Secara umum inflasi
dapat mengkibatkan berkurangnya investasi disuatu negara, mendorong kenaikan
suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan
kesejahtraan masyarakat.
E. Ukuran Inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung
perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga
tersebut di antaranya:
1. Indeks
harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
2. Indeks
biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
3. Indeks
harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang
yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan
untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku
meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga
barang-barang konsumsi.
4. Indeks
harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas
tertentu.
5. Indeks
harga barang-barang modal
Deflator
PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang
produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Inflasi memiliki dampak positif dan
dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh
juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki
pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan
pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya,
orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya
pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan
pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang
enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan
menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap
saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit
berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank
yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang kepada
bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya,
kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai
uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat
menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan
biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat
mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku
bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
F. Cara Menanggulangi Inflasi
1. Kebijakan
Moneter artinya mempengaruhi jumlah uang yang beredar
·
Politik diskonto atau suku bunga (Discount Policy), menaikkan suku bunga
·
Politik pasar terbuka (Open market
policy), menjual surat berharga
·
Politik pagu kredit atau pembatasan
kredit (Plafon credit policy), membatasi pemberian pinjaman
·
Politik uang ketat (Tight money policy),
mengurangi jumlah uang yang beredar
·
Politik cadangan kas atau giro wajib
minimum (cash ratio poticy), menaikkan cadangan kas
2. Kebijakan
Fiskal artinya kebijakan mengatur pendapatan dan pengeluaran negara (APBN)
·
Mengurangi pengeluaran negara
·
Penghematan pengeluaran pemerintah
(disesuaikan dengan rencana)
·
Pengurangan utang luar negeri
·
Menaikkan atau mengefektifkan pajak
3. Kebijakan
non moneter dan non fiskal
·
Peningkatan produksi dan peningkatan
jumlah barang di pasaran
·
Kebijakan upah dengan menaikkan upah
riil yang sudah memperhitungkan inflasi
·
Pengendalian dan pengawasan harga,
misalnya pemerintah menetapkan kebijakan harga maksimum.
Referensi :
·
javalaw-bmg.blogspot.co.id
·
fredynuriel.blogspot.co.id
·
ekonomi-holic.com